MAKALAH
ANAK HIPERAKTIF
Dosen Pembimbing: Brigitta Erlita Tri
Anggadewi, M.Psi.
Disusun
Oleh:
Veronika Ajeng Pertiwi 131134074
Adiktia Kurniawati 131134077
Adelia Surya Putri 131134084
Angela Risma Viani 131134193
4A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa
ini banyak guru maupun orang tua yang merasakan kesulitan dalam memberi
pembelajaran pada peserta didiknya maupun anaknya. Kesulitan tersebut
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam memberikan
pengajaran. Namun, kesalahan tidak hanya berasal dari pendidik atau orang tua
saja melainkan bias dating dari peserta didik itu sendiri.
Perilaku
peserta didik sangat beragam. Ada yang aktif dan bersemangat mengikuti
pembelajaran, namun ada juga yang pasif, sulit diatur, tidak bias diam dan
tidak mau memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik. Siswa yang
demikian biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan
hiperkenetik atau biasa disebut dengan hiperaktif.
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalai gangguan pemusatan perhatian. Terhadap
siswa dengan kondisi demikian, guru biasanya sangat susah mengatur dan mendidiknya.
Di samping karena keaadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena
anak hiperaktif sering menggangu orang lain dan kesulitan dalam memahami
sesuatu yang diajarkan oleh gurunya. Selain itu, prestasi belajar anak yang
hiperaktif biasanya kurang maksimal. Untuk itu, perlu pendekatan untuk membantu
anak hiperaktif untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
hiperaktif?
2.
Bagaimana ciri dan
karakteristik anak hiperaktif?
3.
Apa saja tipe anak
hiperaktif?
4.
Apa faktor yang
menyebabkan anak menjadi hiperaktif?
5.
Bagaimana pendampingan
yang tepat untuk anak hiperaktif?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
hiperaktif.
2.
Mengetahui ciri dan
karakteristik anak hiperaktif.
3.
Mengetahui tipe anak
hiperaktif.
4.
Mengetahui faktor yang
menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
5.
Mengetahui pendampingan
yang tepat untuk anak hiperaktif.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hiperaktif
Kata
hipreaktif merujuk pada perilaku seseorang yang menunjukkan sikan tidak mau
diam, tidak menaruh perhatian, dan semaunya sendiri. Hiperaktif bukan merupakan
suatu penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms.
(Batsaw&Perret, 1986). Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor brain damage, an emotional disturbance, a
hearing deficit, or mental retardation.
Dewasa
ini banyak kalangan medis menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention deficit and hyperactive disorder
(ADHD). (Solek,2004). Banyak sebutan nama untuk hiperaktif ini, anatara lain minimal celebral dysfunction, minimal brain
damage, minimal celebral palsy, hyperactive child syndrome.
Ciri
perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Menurut Dr. Seto Mulyadi, hiperaktif menunjukkan suatu pola perilaku menetap
pada anak yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bias berkonsentrasi,
dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
B. Ciri dan Karakteristik
Anak Hiperaktif
Berikut
ciri-ciri anak hiperaktif secara umum:
1.
Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan
memusatkan perhatian atau ketidakmampuan berkonsentrasi pada beberapa hal
seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan orang lain.
2.
Hiperaktif
Mempunyai energi
yang lebih sehingga mudah sekali bergerak kesana kemari. Misalnya berbicara
terus menerus, tidak mau duduk diam, sulit diatur, jarang untuk berdiam selama
kurang lebih 5 sampai 10 menit untuk mengerjakan tugas yang diberikan gurunya.
3.
Impulsif
Sulit untuk
menunggu giliran dalam permainan, sulit mengetur pekerjaannya, bertindak tanpa
dipikir, bertindak sesuai kata hatinya.
4.
Menentang
Memiliki sikap
menentang, pembangkang atau tidak mau mengkuti peraturan.
5.
Destruktif
Bersifat merusak
atau mengacau.
Kesulitan
belajar anak hiperaktif disebabkan pula adanya control diri yang kurang dan
sering impulsive dalam setiap kegiatan yang dilakukan, sangat mudah marah dan
sering kali berkelahi. Dari adanya impulsif ini, umumnya anak hiperaktif sering
mendapatkan kecelakaan dan luka. Ada diantara mereka yang tidak suka olahraga
karena adanya kecanggungan atau kekakuan gerak.
Anak
hiperaktif sering gagal dalam melakukan hubungan sosial di rumah maupun di
sekolah. Anak tersebut dapat dipastikan mempunyai kesulitan untuk memahami
konsep, dan sering gagal untuk segala kegiatan yang ia coba lakukan.
C. Tipe Anak Hiperaktif
1.
Tipe ADHD Gabungan
Tipe
ini dapat dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
“perhatian”, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktif
impulsifitas. Munculnya 6 gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat
yang signifikan disertai adanya beberapa bukti, misalnya gejala tersebut tampak
sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
2.
Tipe ADHD kurang
memerhatikan dan tipe ADHD hiperaktif impulsif.
Dapat
dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 gejala ‘perhatian’ dan
mengakui bahwa individu tertentu mengalami sikap kurang memperhatikan yang
mendalam tanpa hiperaktifitas/impulsifitas.
3.
Tipe ADHAD hiperaktif
Impulsif
Tipe
ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada bagian
hiperaktif impulsifitas. Tipe ini mengacu pada anak-anak yang mengalami
kesulitan lebih besar dengan memori mereka dan kecepatan motor perseptual
(persepsi gerak), cenderung untk melamun, dan kerap kali menyendiri secara
sosial.
Tabel
Kriteria ADHD dari Diagnostic Statistical Manual (DSM) IV tahun 1994
No
|
Kriteria
ADHD
|
A.1 Kurang
Perhatian
|
a.
Seringkai gagal
memperhatikan baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang
sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan lainnya.
b.
Seringkali mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian.
c.
Seringkali tidak
mendengarkan ketika diajak bicara.
d.
Seringkali melanggar
intruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah.
e.
Sering mengalami
kesulitan dalam menjalankan tugas.
f.
Sering kehilangan
barang penting untuk tugas dan kegiatan.
g.
Seringkali
menghindari tugas yang membutuhkan mental (mengerjakan PR).
h.
Seringkali terganggu
rangsangan dari luar.
i.
Seringkali lekas lupa
dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
|
A.2 Hiperaktif
Implusifitas
|
a.
Hiperaktifitas
1.
Sering gelisah dengan
tangan atau kaki, dan sering mengeliat di kursi.
2.
Sering meninggalkan
tempat duduk dalam kelas.
3.
Sering berlarian
secara berlebihan dalam situasi tertentu.
4.
Sering mengalami
kesulitan dalam bermain.
5.
Sering bergerak cepat.
6.
Sering bicara
berlebihan.
b.
Impulsifitas
1.
Sering memberi
jawaban sebelum pertanyaan selesai.
2.
Sering kesulitan
menanti giliran.
3.
Sering menginterupsi
atau menggangu orang lain
|
B. Beberapa gejala
hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan
muncul sebelum anak berusia 7 tahun.
|
C. Ada suatu gangguan
di dua atau lebih situasi.
|
D.
Harus ada gangguan
yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan.
|
E.
Gejala – gejala tidak
terjadi selama berlakunya PDD, skizofrania, atau gangguan psikotik lainnya,
dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.
(diambil dari Manual Diagnostik dan Statistika mengenai
Gangguan-gangguan mental menurut Asosiasi Psikiater Amerika, tahun 1994).
|
D. Faktor yang
Mempengaruhi Anak Hiperaktif
1.
Faktor Genetika
Jika
orang tua menggidap ADHD anak – anaknya memiliki resiko ADHD sebesar 60%
(Biederman, dkk., 1995). Sedangkan pada anak kembar, jika salah satu anak
70-80% mengidap ADHD maka saudaranya mengidap ADHD.
2.
Faktor Neurobiologis
Penelitian
menunjukkan anak hiperaktif lebih banyak karena gangguan fungsi otak akibat sulit
saat proses kelahiran, penyakit bawaan orang tua (jantung, asma,dll), cedera
otak, dan sebagainya.
3.
Faktor lingkungan
Racun
atau limbah pada lingkungan sekitar bisa mengindikasi hiperaktif terutama racun
timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan
bermotor).
4.
Faktor kultural dan
psikososial
Anak
yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya di tempat lain. Dan orang lain akan sulit
untuk mengendalikannya. Factor psikis yang lain lebih banyak dipengaruhi oleh
hubungan luar. Meskipun jarang, hubungan antara anggota keluarga dapat mula
menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Misalnya, orang
tua
yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri menghadap ke tembok selama 10
menit untuk mengatasi ketidak disiplinannya. Tapi setelah 10 menit berlalu maka
anak memiliki energy berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negative
disbanding kesalahan sebelumnya.
E. Pendampingan Anak
Hiperaktif
Berikut ini
adalah pendampingan anak hiperaktif secara umum anatara lain :
1.
Mengidentifikasi segi
positit
2.
Memberikan hadiah
3.
Sesekali mengajak anak
menyalurkan energinya ke tempat yang lebih luas.
4.
Menempatkan anak di bangku
yang dekat guru.
5.
Menghindari menempatkan
anak di dekat jendela, pintu terbuka, atau gambar dengan warna yang mencolok
karena akan mengganggu konsentrasinya.
6.
Menatap anak ketika
berkomunikasi.
7.
Menyingkirkan
perlengkapan yang tidak diinginkan di meja belajar.
8.
Memberikan pujian bila
anak tenang.
9.
Mengingatkan orang tua
agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur.
Sedangkan
terapi secara khusus antara lain :
1.
Applied Behavioral
Analysis
Jenis terapi ini
di desain khusus untuk anak autis.
System yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian).
2.
Terapi wicara
Beberapa anak
hiperaktif sulit dalam berbicara. Kadang bicaranya cukup berkembang namun
mereka tidak mampu memakai bahasanya untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara akan sangat menolong.
3.
Terapi bermain
Terapi ini
sangat penting untuk mengembangkan keterampilan kemampuan gerak, minat, dan
terbiasa dalam suasana kooperatif dalam kelompok.
4.
Terapi perilaku
Beberapa anak
hiperaktif sering kali merasa frustasi, mereka sulit untuk mengekpresikan
kebutuhannya. Terapi ini merekomendasikan seorang untuk mendampingi anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
5.
Terapi perkembangan
Floortime,
son-rise, dan RDI (relationship developmental intervention) dianggap sebagai
terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya, tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan social, emosional, serta
intelektualnya.
DAFTAR REFERENSI
Baihaqi
dan Sugiarmin. (2006). Memahami dan
membantu anak ADHD. Bandung:PT
Refika
Aditama.
Delphie,
Bandi. (2006). Pembelajaran anak
berkebutuhan khusus. Bandung:PT
Refika
Aditama.
Thomson,
Jenny. (2010). Memahami anak berkebutuhan
khusus. Jakarta:Erlangga.
Wahyuni,
Nina. (2013). Makalah karakteristik dan
penanganan anak hiperaktif.
karakteristik-dan-penanganan_8404html?m=1. 2
Maret 2015.
----------.(2013).
Anak hiperaktif. Diakses dari:http://anakhiperaktif.com/masalah
hiperaktif-pada-anak/. 2
Maret 2015.
HASIL OBSERVASI
Kelompok kami
melakukan observasi dan wawancara di SD N D, yang terletak di daerah Sleman,
Yogyakarta. Kami melakukan observasi dan wawancara pada hari Senin, tanggal 22
Februari 2015. Sesuai dengan materi yang kami dapatkan, kami mengobservasi
kelas 1 yang kebetulan adalah tempat Bimbel 2 beberapa teman kelompok kami. Kami
juga mewawancarai salah satu guru yang merupakan wali kelas 1.
Dari hasil observasi
yang kami lakukan, fokus kami hanya tertuju pada satu siswa. Siswa tersebut
terlihat sangat hiperaktif dibandingkan teman-temannya yang lain, inisial siswa
tersebut adalah F. Kami melihat siswa tersebut tidak bisa bertahan mengerjakan
tugas lebih dari beberapa menit, untuk mencari selingan siswa tersebut sering
berpindah-pindah tempat duduk dan mengganggu teman-temannya yang lain. Selain
itu siswa tersebut juga sering teriak-teriak sendiri di dalam kelas.
Kelompok kami
juga melakukan wawancara kepada wali kelas siswa tersebut. Nama wali kelas 1
adalah Bu Nur. Bu Nur telah mengabdi di SD Negeri D selama 3 tahun. Selama 3 tahun
beliau mengajar kelas 1. Setelah kami wawancarai ternyata Ibu N belum begitu
mengerti dan memahami anak-anak yang hiperaktif (ADHD). Selama ini beliau juga
mengalami kesulitan ketika mengendalikan si F ini. Banyak hal telah dilakukan Ibu
N namun belum ada hasilnya juga. Konsultasi dengan orangtua juga sudah
dilakukan namun menurut penuturan dari beliau, orangtua dari si F ini kurang
bisa memahami keadaan anaknya dan kurang memperhatikan si F. Apabila di rumah
si F ini tidak bermain dengan teman-teman sebayanya, si F ini bergaul dengan
anak-anak SMA.
Menurut
sepengetahuan dari Ibu N, ciri-ciri anak hiperaktif (ADHD) secara fisik nampak
normal sama seperti anak pada umumnya. Namun perilakunya tidak sama dengan anak
yang normal. Anak hiperaktif (ADHD) kesulitan menjaga perhatian dalam
mengerjakan tugas dan gagal menyelesaikannya. Contohnya dia mengalami kesulitan
ketika berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah
dan sering berpindah-pindah dari tugas yang satu dengan yang lainnya.
Selain itu dia juga cepat kehilangan motivasi ketika dia merasa tugasnya itu
membosankan. Dia juga sering mengetuk-ngetuk meja dan sering teriak-teriak di
dalam kelas ketika jam pelajaran berlangsung sehingga membuat gaduh. Ciri
lainnya adalah sering mengganggu temannya ketika di dalam kelas. Contohnya dia
sering jahil kepada teman-temannya, kadang membuat onar sampai terjadi
perkelahian. Dia juga sering mengancam teman-temannya untuk mengerjakan. Pendampingan
yang dilakukan di sekolah saat ini Ibu N mencari kelemahannya si F, walaupun hanya beberapa menit si F bisa
diam itu tidak masalah, karena saya juga tidak begitu mengetahui cara mengatasi anak-anak hiperaktif (ADHD) jadi
saya menanganinya dengan kemampuan yang saya miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar