Kamis, 28 Mei 2015

Anak Hiperaktif



MAKALAH

ANAK HIPERAKTIF

 Dosen Pembimbing: Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi.

Disusun Oleh:



Veronika Ajeng Pertiwi        131134074

Adiktia Kurniawati               131134077

Adelia Surya Putri                131134084

Angela Risma Viani              131134193

4A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dewasa ini banyak guru maupun orang tua yang merasakan kesulitan dalam memberi pembelajaran pada peserta didiknya maupun anaknya. Kesulitan tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam memberikan pengajaran. Namun, kesalahan tidak hanya berasal dari pendidik atau orang tua saja melainkan bias dating dari peserta didik itu sendiri.
Perilaku peserta didik sangat beragam. Ada yang aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran, namun ada juga yang pasif, sulit diatur, tidak bias diam dan tidak mau memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik. Siswa yang demikian biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkenetik atau biasa disebut dengan hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalai gangguan pemusatan perhatian. Terhadap siswa dengan kondisi demikian, guru biasanya sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keaadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering menggangu orang lain dan kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan oleh gurunya. Selain itu, prestasi belajar anak yang hiperaktif biasanya kurang maksimal. Untuk itu, perlu pendekatan untuk membantu anak hiperaktif untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hiperaktif?
2.      Bagaimana ciri dan karakteristik anak hiperaktif?
3.      Apa saja tipe anak hiperaktif?
4.      Apa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif?
5.      Bagaimana pendampingan yang tepat untuk anak hiperaktif?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian hiperaktif.
2.      Mengetahui ciri dan karakteristik anak hiperaktif.
3.      Mengetahui tipe anak hiperaktif.
4.      Mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
5.      Mengetahui pendampingan yang tepat untuk anak hiperaktif.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hiperaktif
Kata hipreaktif merujuk pada perilaku seseorang yang menunjukkan sikan tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan semaunya sendiri. Hiperaktif bukan merupakan suatu penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. (Batsaw&Perret, 1986). Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit, or mental retardation.
Dewasa ini banyak kalangan medis menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention deficit and hyperactive disorder (ADHD). (Solek,2004). Banyak sebutan nama untuk hiperaktif ini, anatara lain minimal celebral dysfunction, minimal brain damage, minimal celebral palsy, hyperactive child syndrome.
Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Menurut Dr. Seto Mulyadi, hiperaktif menunjukkan suatu pola perilaku menetap pada anak yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bias berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

B.     Ciri dan Karakteristik Anak Hiperaktif
Berikut ciri-ciri anak hiperaktif secara umum:
1.      Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan orang lain.
2.      Hiperaktif
Mempunyai energi yang lebih sehingga mudah sekali bergerak kesana kemari. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mau duduk diam, sulit diatur, jarang untuk berdiam selama kurang lebih 5 sampai 10 menit untuk mengerjakan tugas yang diberikan gurunya.
3.      Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengetur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, bertindak sesuai kata hatinya.
4.      Menentang
Memiliki sikap menentang, pembangkang atau tidak mau mengkuti peraturan.
5.      Destruktif
Bersifat merusak atau mengacau.

Kesulitan belajar anak hiperaktif disebabkan pula adanya control diri yang kurang dan sering impulsive dalam setiap kegiatan yang dilakukan, sangat mudah marah dan sering kali berkelahi. Dari adanya impulsif ini, umumnya anak hiperaktif sering mendapatkan kecelakaan dan luka. Ada diantara mereka yang tidak suka olahraga karena adanya kecanggungan atau kekakuan gerak.
Anak hiperaktif sering gagal dalam melakukan hubungan sosial di rumah maupun di sekolah. Anak tersebut dapat dipastikan mempunyai kesulitan untuk memahami konsep, dan sering gagal untuk segala kegiatan yang ia coba lakukan.

C.    Tipe Anak Hiperaktif
1.      Tipe ADHD Gabungan
Tipe ini dapat dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk “perhatian”, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktif impulsifitas. Munculnya 6 gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang signifikan disertai adanya beberapa bukti, misalnya gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
2.      Tipe ADHD kurang memerhatikan dan tipe ADHD hiperaktif impulsif.
Dapat dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 gejala ‘perhatian’ dan mengakui bahwa individu tertentu mengalami sikap kurang memperhatikan yang mendalam tanpa hiperaktifitas/impulsifitas.
3.      Tipe ADHAD hiperaktif Impulsif
Tipe ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ini mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar dengan memori mereka dan kecepatan motor perseptual (persepsi gerak), cenderung untk melamun, dan kerap kali menyendiri secara sosial.
Tabel Kriteria ADHD dari Diagnostic Statistical Manual (DSM) IV tahun 1994


No

Kriteria ADHD


A.1 Kurang Perhatian




a.       Seringkai gagal memperhatikan baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan lainnya.
b.      Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
c.       Seringkali tidak mendengarkan ketika diajak bicara.
d.      Seringkali melanggar intruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah.
e.       Sering mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas.
f.       Sering kehilangan barang penting untuk tugas dan kegiatan.
g.      Seringkali menghindari tugas yang membutuhkan mental (mengerjakan PR).
h.      Seringkali terganggu rangsangan dari luar.
i.        Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.



A.2 Hiperaktif Implusifitas




a.       Hiperaktifitas
1.      Sering gelisah dengan tangan atau kaki, dan sering mengeliat di kursi.
2.      Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas.
3.      Sering berlarian secara berlebihan dalam situasi tertentu.
4.      Sering mengalami kesulitan dalam bermain.
5.       Sering bergerak cepat.
6.      Sering bicara berlebihan.
b.      Impulsifitas
1.      Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
2.      Sering kesulitan menanti giliran.
3.      Sering menginterupsi atau menggangu orang lain


B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.


C. Ada suatu gangguan di dua atau lebih situasi.


D.    Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.


E.     Gejala – gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrania, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.

(diambil dari Manual Diagnostik dan Statistika mengenai Gangguan-gangguan mental menurut Asosiasi Psikiater Amerika, tahun 1994).


D.    Faktor yang Mempengaruhi Anak Hiperaktif
1.      Faktor Genetika
Jika orang tua menggidap ADHD anak – anaknya memiliki resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk., 1995). Sedangkan pada anak kembar, jika salah satu anak 70-80% mengidap ADHD maka saudaranya mengidap ADHD.
2.      Faktor Neurobiologis
Penelitian menunjukkan anak hiperaktif lebih banyak karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat proses kelahiran, penyakit bawaan orang tua (jantung, asma,dll), cedera otak, dan sebagainya.
3.      Faktor lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa mengindikasi hiperaktif terutama racun timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor).
4.      Faktor kultural dan psikososial
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya di tempat lain. Dan orang lain akan sulit untuk mengendalikannya. Factor psikis yang lain lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan luar. Meskipun jarang, hubungan antara anggota keluarga dapat mula menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Misalnya, orang
tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri menghadap ke tembok selama 10 menit untuk mengatasi ketidak disiplinannya. Tapi setelah 10 menit berlalu maka anak memiliki energy berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negative disbanding kesalahan sebelumnya. 

E.     Pendampingan Anak Hiperaktif
Berikut ini adalah pendampingan anak hiperaktif secara umum anatara lain :
1.      Mengidentifikasi segi positit
2.      Memberikan hadiah
3.      Sesekali mengajak anak menyalurkan energinya ke tempat yang lebih luas.
4.      Menempatkan anak di bangku yang dekat guru.
5.      Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka, atau gambar dengan warna yang mencolok karena akan mengganggu konsentrasinya.
6.      Menatap anak ketika berkomunikasi.
7.      Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diinginkan di meja belajar.
8.      Memberikan pujian bila anak tenang.
9.      Mengingatkan orang tua agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur.
Sedangkan terapi secara khusus antara lain :
1.      Applied Behavioral Analysis
Jenis terapi ini di desain  khusus untuk anak autis. System yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).
2.      Terapi wicara
Beberapa anak hiperaktif sulit dalam berbicara. Kadang bicaranya cukup berkembang namun mereka tidak mampu memakai bahasanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara akan sangat menolong.
3.      Terapi bermain
Terapi ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan kemampuan gerak, minat, dan terbiasa dalam suasana kooperatif dalam kelompok.
4.      Terapi perilaku
Beberapa anak hiperaktif sering kali merasa frustasi, mereka sulit untuk mengekpresikan kebutuhannya. Terapi ini merekomendasikan seorang untuk mendampingi anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
5.      Terapi perkembangan
Floortime, son-rise, dan RDI (relationship developmental intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya, tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan social, emosional, serta intelektualnya.







DAFTAR REFERENSI
Baihaqi dan Sugiarmin. (2006). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung:PT
Refika Aditama.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung:PT
Refika Aditama.

Thomson, Jenny. (2010). Memahami anak berkebutuhan khusus. Jakarta:Erlangga.

Wahyuni, Nina. (2013). Makalah karakteristik dan penanganan anak hiperaktif.

----------.(2013). Anak hiperaktif. Diakses dari:http://anakhiperaktif.com/masalah
hiperaktif-pada-anak/. 2 Maret 2015.







HASIL OBSERVASI

Kelompok kami melakukan observasi dan wawancara di SD N D, yang terletak di daerah Sleman, Yogyakarta. Kami melakukan observasi dan wawancara pada hari Senin, tanggal 22 Februari 2015. Sesuai dengan materi yang kami dapatkan, kami mengobservasi kelas 1 yang kebetulan adalah tempat Bimbel 2 beberapa teman kelompok kami. Kami juga mewawancarai salah satu guru yang merupakan wali kelas 1.
Dari hasil observasi yang kami lakukan, fokus kami hanya tertuju pada satu siswa. Siswa tersebut terlihat sangat hiperaktif dibandingkan teman-temannya yang lain, inisial siswa tersebut adalah F. Kami melihat siswa tersebut tidak bisa bertahan mengerjakan tugas lebih dari beberapa menit, untuk mencari selingan siswa tersebut sering berpindah-pindah tempat duduk dan mengganggu teman-temannya yang lain. Selain itu siswa tersebut juga sering teriak-teriak sendiri di dalam kelas.
Kelompok kami juga melakukan wawancara kepada wali kelas siswa tersebut. Nama wali kelas 1 adalah Bu Nur. Bu Nur telah mengabdi di SD Negeri D selama 3 tahun. Selama 3 tahun beliau mengajar kelas 1. Setelah kami wawancarai ternyata Ibu N belum begitu mengerti dan memahami anak-anak yang hiperaktif (ADHD). Selama ini beliau juga mengalami kesulitan ketika mengendalikan si F ini. Banyak hal telah dilakukan Ibu N namun belum ada hasilnya juga. Konsultasi dengan orangtua juga sudah dilakukan namun menurut penuturan dari beliau, orangtua dari si F ini kurang bisa memahami keadaan anaknya dan kurang memperhatikan si F. Apabila di rumah si F ini tidak bermain dengan teman-teman sebayanya, si F ini bergaul dengan anak-anak SMA.
Menurut sepengetahuan dari Ibu N, ciri-ciri anak hiperaktif (ADHD) secara fisik nampak normal sama seperti anak pada umumnya. Namun perilakunya tidak sama dengan anak yang normal. Anak hiperaktif (ADHD) kesulitan menjaga perhatian dalam mengerjakan tugas dan gagal menyelesaikannya. Contohnya dia mengalami kesulitan ketika berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah  dan sering berpindah-pindah dari tugas yang satu dengan yang lainnya. Selain itu dia juga cepat kehilangan motivasi ketika dia merasa tugasnya itu membosankan. Dia juga sering mengetuk-ngetuk meja dan sering teriak-teriak di dalam kelas ketika jam pelajaran berlangsung sehingga membuat gaduh. Ciri lainnya adalah sering mengganggu temannya ketika di dalam kelas. Contohnya dia sering jahil kepada teman-temannya, kadang membuat onar sampai terjadi perkelahian. Dia juga sering mengancam teman-temannya untuk mengerjakan. Pendampingan yang dilakukan di sekolah saat ini Ibu N mencari kelemahannya  si F, walaupun hanya beberapa menit si F bisa diam itu tidak masalah, karena saya juga tidak begitu mengetahui cara  mengatasi anak-anak hiperaktif (ADHD) jadi saya menanganinya dengan kemampuan yang saya miliki.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar