MAKALAH EVALUASI
PEMBELAJARAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Laurensia AE,M.A.
Disusun Oleh :
Adiktia Kurniawati (131134077)
Fransisca Any Tri
Astuti (131134095)
Margareta Aprilia Husadani (131134137)
Nurhayati (131134164)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat
dilakukan melalui sistem penilaian. Terdapat beberapa penilaian proses dan hasil belajar siswa di
sekolah yang dapat dipelajari oleh guru, yaitu dapat melalui penilaian tes ataupun
penilain non tes. Penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai
hasil dan proses belajar para siswa. Guru – guru di sekolah pada umumnya lebih
banyak menggunakan tes daripada non tes untuk dijadikan sebagai alat penilaian
karena mereka menganggap bahwa menggunakan tes lebih mudah untuk dibuat,
penggunaan tes juga lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek
kognitif berdasakan hasil – hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan
proses pembelajaran.
Penilaian secara tes memang lebih mudah dibandingkan
dengan penilaian non tes. Namun, para guru juga harus mengetahui penilaian
proses belajar siswa menggunakan penilaian non tes. Salah satu bentuk non tes
adalah wawancara. Wawancara merupakan bentuk non tes yang pada umumnya
digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan
seseorang serta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan perilaku
individu. Cara yang dilakukan untuk menilai proses pembelajaran siswa
menggunakan wawancara (non tes) adalah dengan mengajukan pertanyaan yang
dijawab secara lisan oleh para siswa. Bentuk pertanyaan itu sendiri dapat
secara esai maupun secara objektif.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dan karakteristik alat evaluasi pembelajaran non tes wawancara?
2. Apa
kelebihan dan kelemahan alat evaluasi non tes wawancara?
3. Apa
prinsip-prinsip pembuatan alat evaluasi non tes wawancara?
4. Bagaimana
contoh SK/KD dari alat evaluasi non tes wawancara?
5. Bagaimana
penulisan aitem alat evaluasi non tes wawancara?
6. Bagaimana
pemberian skor alat evaluasi non tes wawancara?
7. Bagaimana
mengukur validitas dan reliabilitas instrumen non tes wawancara?
C. Tujuan
1. Mengetahui
definisi dan karakteristik alat evaluasi pembelajaran non tes wawancara.
2. Mengetahui
kelebihan dan kelemahan alat evaluasi non tes wawancara.
3. Mengetahui
prinsip-prinsip pembuatan alat evaluasi non tes wawancara.
4. Mengetahui
contoh SK/KD dari alat evaluasi non tes wawancara.
5. Mengetahui
penulisan aitem alat evaluasi non tes wawancara.
6. Mengetahui
pemberian skor alat evaluasi non tes wawancara.
7. Mengetahui
cara mengukur validitas dan reliabilitas instrumen non tes wawancara.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
dan karakteristik non tes wawancara
A. Pengertian
wawancara
Wawancara
adalah proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan
yang diwawancarai (interviewee) yang dilakukan dengan cara bertatap muka
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan memperoleh jawaban
dari interviewee. Adapun unsur- unsur dalam wawancara adalah:
a.
Proses tanya jawab
sepihak antara interviewer dan interviewee, yaitu tidak adanya kesempatan sama sekali bagi interviewee
untuk mengajukan pertanyaan.
b.
Proses tanya jawab
dilakukan sambil tatap muka, artinya interviewer dan interviewee
saling berhadapan muka satu sama lain.
c.
Proses tanya jawab
dilaksanankan secara langsung maupun tidak langsung. Dilaksanakan secara tidak
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain, misalnya orangtua
atau teman interviewee, sedangkan secara langsung dilakukan kepada interviewee
langsung.
d.
Proses tanya jawab
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara merupakan
daftar pertanyaan yang harus disusun untuk mengarahkan sesuai dengan masalah
yang diperiksa atau dibutuhkan interviewer.
B. Hal-
hal yang berkaitan dengan wawancara :
1.
Pedoman Wawancara:
a.
Perlu membuat kerangka
dasar atau bagan yang memuat secara rinci pertanyaan - pertanyaan yang sesuai
dengan jenis data yang dibutuhkan.
b.
Melalui pertanyaan yang
dibuat dalam kerangka dasar dipilih yang sungguh-sungguh sesuai dengan jenis
data yang dibutuhkan. Setelah terkumpul, pertanyaan perlu diujicobakan.
c.
Hasil percobaan ini
dapat dipakai sebagai dasar untuk menyempurnakan pertanyaan - pertanyaan
tersebut.
d.
Pertanyaan-pertanyaan
dalam kerangka dasar dianggap memenuhi syarat apabila :
-
Setiap pertanyaan
dirumuskan secara singkat, padat, tegas dan hanya memuat satu masalah saja.
-
Setiap pertanyaan dirumuskan secara netral,
sehingga tidak mengundang reaksi-reaksi
tertentu terhadap jawaban interviewee.
-
Hindari pertanyaan yang
bersifat mengejek atau bernada menakut- nakuti.
2.
Proses wawancara :
Dalam
wawancara perlu diperhatikan :
a.
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang menyenangkan, tidak
bersifat pribadi, baru pertanyaan yang lebih spesifik. Semua jawaban hendaknya
diterima dengan penuh pengertian.
b.
Pertanyaan yang kurang
dipahami interviewee, perlu diulang dan dijelaskan lagi.
c.
Interviewee
hendaknya diberi kesempatan untuk menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan.
Jawaban segera dicatat dengan teliti, namun jangan terlalu terlihat mencolok.
C.
Sikap interviewer
dalam bertanya :
1.
Bersikap ramah sehingga
tidak menakutkan.
2.
Bersikap adil tanpa pandang bulu sehingga interviewee
merasa diperlakukan sama dengan interviewee lain.
3.
Bersikap inteligent,
artinya mampu mengajukan pertanyaan yang jelas, sederhana, dan tidak menyimpang
dari pedoman wawancara.
4.
Bersikap netral dengan
tidak mengajukan reaksi - reaksi tertentu, baik dengan kata- kata ataupun
perbuatan tertentu.
D. Kualifikasi
sifat interviewer
1.
Sifat jujur
Sifat
ini penting di dalam wawancara untuk interviewer demi hasil wawancara
yang teliti dan akurat. Misalnya, tidak memanipulasikan jawaban interviewee
apalagi membuat jawaban sendiri tanpa wawancara, ataupun membuat suatu
kesimpulan hasil wawancara berdasarkan pada seleranya sendiri.
2.
Sifat akurat
Sifat
ini dibutuhkan untuk mencatat keterangan-keterangan dari interviewee
agar hasil wawancara dapat memperoleh keakuratan.
3.
Sifat penuh minat
Dalam
proses dialog dibutuhkan sikap ramah, adil, dan netral. Sikap ini sangat
penting untuk menghindarkan orang dari kebosanan.
4.
Sifat adaptif
Seorang
interviewer diharapkan memiliki sifat mudah menyesuaikan diri dengan
situasi kondisi wawancara, seperti keadaan interviewee dan
lingkungannya. Oleh karena itu, interviewer perlu memiliki sifat periang
dalam situasi apa saja.
E. Jenis-jenis
wawancara
1.
Wawancara berstruktur
a.
Wawancara berstruktur
adalah wawancara yang
jawabannya telah dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga siswa tinggal
mengategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Wawancara ini
memiliki keuntungan, yaitu
mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
b.
Wawancara bebas (tak
berstruktur)
Wawancara ini merupakan wawancara di mana
jawaban tidak perlu disiapkan
sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Keuntungan wawancara ini
adalah informasi yang didapat lebih padat
dan lengkap.
c. Wawancara bentuk kombinasi
Wawancara ini
merupakan wawancara di mana pertanyaan-pertanyaan yang disediakan merupakan
kombinasi antara pertanyaan berstruktur dengan pertanyaan tak berstruktur.
2.
Karakteristik wawancara:
a. Memiliki
format dan tujuan yang dipersiapkan lebih dulu, misal untuk memperoleh
data informal maupun inkuiri formal.
b. Wawancara
dapat diadaptasikan untuk menyelidiki suatu masalah atau meneliti setiap
pertimbangan berkaitan dengan keputusan tertentu.
c. Biasanya
dipandu oleh pertanyaan yang terencana.
d. Wawancara
dapat dilaksanakan secara rutin.
2. Kelebihan dan kelemahan non tes wawancara
a. Kelebihan:
·
Wawancara merupakan
salah satu alat pengukur yang baik untuk mendekati tingkah laku manusia dari
dekat tanpa dibatasi oleh usia dan kemampuan membaca.
·
Karena dilakukan secara
tatap muka, pelaksanaan
wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis, sehingga keterangan - keterangan
dapat langsung diperoleh secara bebas, mendalam, komprehensif serta dapat
diketahui objektivitasnya.
·
Wawancara dapat juga
menimbulkan hubungan baik antara interviewer dan interviewee,
baik untuk dipakai sebagai keperluan diagnostic masalah-masalah emosional,
pemberian pembimbingan pada umumnya, melengkapi data yang diperoleh dengan alat
pengukuran lain.
b.
Kelemahan:
·
Keberhasilan wawancara
sangat tergantung pada kerelaan, kesediaan, kemampuan dan penyesuaian diri
secara emosional dari interviewee untuk menerima dan kerja sama yang
baik dengan interviewer.
·
Hasil wawancara banyak
tergantung pada kemampuan dan faktor subyektif dari interviewer dalam
menggali, mencatat dan menafsirkan setiap jawaban interviewee.
·
Kesan pertama interviewer terhadap interviewee
mempengaruhi hasil wawancara.
·
Hasil wawancara sangat
dipengaruhi oleh penguasaan bahasa interviewer dan interviewee.
·
Karena wawancara
dilaksanakan secara individual, relatif dibutuhkan banyak waktu, tenaga, biaya
terutama apabila jumlah intervieweenya banyak.
3.
Prinsip-prinsip
pembuatan alat evaluasi wawancara
Sebelum melaksanakan
wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman
ini disusun dengan menempuh langkah - langkah sebagai berikut:
a. Tentukan
tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Misalnya untuk mengetahui pemahaman
bahan pengajaran (hasil belajar) atau mengetahui pendapat siswa mengenai
kemampuan mengajar yang dilakukan guru (proses belajar - mengajar).
b. Berdasarkan
tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.
Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan
wawancara. Aspek yang diungkap diurutkan secara sistematis mulai dari yang
sederhana menuju yang kompleks atau dari yang mudah menuju yang sulit.
c. Tentukan
bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur ataukah bentuk
terbuka. Bisa saja kombinasi dari kedua bentuk tersebut.
d. Buatlah
pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di atas, yakni membuat
pertanyaan yang berstruktur dan atau yang bebas. Pertanyaan jangan terlalu
banyak, cukup pokok - pokoknya saja.
e. Ada
baiknya bila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik
pedoman untuk wawancara berstruktur maupun untuk wawancara bebas.
4. Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti :
2. Memiliki
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
Kompetensi
Dasar :
2.1 Menunjukkan disiplin,
kerjasama, toleransi, belajar menerima kekalahan dan kemenangan, sportif dan
tanggungjawab, menghargai perbedaan.
Kompetensi yang dikembangkan:
Kerja sama di dalam lingkungan
sekolah.
Indikator :
1.
Memiliki sikap
kerja sama di lingkungan sekolah.
2.
Memiliki sikap menghargai di lingkungan
sekolah.
3.
Memiliki sikap saling mendukung di lingkungan
sekolah.
5.
Penulisan aitem
Tujuan
: Dengan memahami pentingnya kerja sama, siswa mampu untuk bersosialisasi di
dalam lingkungan sekolah dengan baik.
Bentuk
: Wawancara bebas
Responden
: Siswa kelas IV SD N Candi
Nama siswa :
Kelas/Semester :
Jenis Kelamin :
Indikator
|
Pertanyaan
Guru
|
1. Memiliki sikap kerja sama di lingkungan sekolah.
|
1.
Apakah kamu selalu membantu teman – teman dalam mendiskusikan pembelajaran? Mengapa?
2.
Bagaimana cara kamu melakukan kerja sama dengan teman-temanmu di sekolah?
3.
Mengapa kamu melakukan kerja sama dengan teman-temanmu saat berdiskusi maupun
kegiatan sekolah lainnya?
|
2. Memiliki sikap menghargai di lingkungan sekolah.
|
1. Ketika kamu
melakukan kerja sama di dalam kegiatan sekolah, apakah kamu menghargai
temanmu?
2. Bagaimana cara
kamu menghargai kerja sama itu?
3.
Apakah menghargai di dalam kerja sama sangat penting dilakukan?Mengapa?
|
3. Memiliki sikap mendukung di lingkungan sekolah.
|
1.Apa yang
kamu lakukan untuk mendukung sebuah
kerja sama?
2. Mengapa kamu perlu mendukung sebuah kerja sama?
|
Alat evaluasi yang digunakan
adalah wawancara karena wawancara cocok digunakan untuk mengukur aspek sikap
sosial misalnya kerjasama. Kelebihan alat evaluasi tersebut adalah dapat
dilakukan secara tatap muka sehingga pelaksanaanya lebih fleksibel dan mampu
memperoleh keterangan - keterangan dari sumber secara lebih mendalam dan
objektif. Kelemahan alat evaluasi tersebut adalah tingkat keberhasilan
wawancara tergantung dari kemampuan dan kesediaan interviewee untuk
bekerjasama dengan interviewer dan hasil wawancara tergantung pada
penilaian interviewer sehingga lebih bersifat subjektif. Disamping itu
juga dibutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar. Cara
mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan menjalin kerja sama yang baik antara
interviewee dan interviewer, interviewer harus
sungguh-sungguh dalam menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap jawaban interviewee
agar faktor subyektif dapat dihindari. Selain itu waktu, tenaga, biaya juga
harus dipertimbangkan dengan baik.
6. Pemberian
skor
Pemberian
skor pada non tes wawancara yaitu dengan menggunakan acuan berikut:
Skor
|
Kriteria
|
1
|
Jawaban
dari semua pertanyaan menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki sikap kerjasama
yang baik.
|
3
|
Jawaban
dari siswa menunjukkan bahwa siswa hanya dapat menunjukan kerjasama pada
beberapa kegiatan.
|
5
|
Jawaban
dari semua pertanyaan menunjukkan bahwa siswa sangat mampu bekerjasama dengan
kelompok pada semua kegiatan pembelajaran.
|

Skor total
7. Validitas
dan reliabilitas nstrumen
A. Validitas
Validitas berkenaan
dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebagai contoh menilai
kemampuan siswa dalam matematika. Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang
panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya siswa
tidak dapat menjawab karena tidak memahami pertanyaannya. Penilaian tersebut
tidak tepat (valid). Contoh lembar validasi:
Lembar Validasi

Petunjuk
1. Berdasarkan pendapat siswa berilah nilai 4
(sangat baik), 3 (baik), 2 (kurang baik), 1 (tidak baik) pada kolom yang telah
disediakan dengan memberi centang ( V )
2. Jika terdapat komentar, maka tulislah pada
lembar saran yang telah disediakan.
3. Isilah kolom validasi berikut ini
No
|
Aspek
|
Nilai yang diberikan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
I
|
Isi Pedoman
Wawancara:
|
|
|||
1. Memiliki
sikap kerja sama di lingkungan sekolah.
|
|
|
|
|
|
2. Memiliki sikap menghargai di
lingkungan sekolah.
|
|
|
|
|
|
3. Memiliki sikap mendukung di
lingkungan sekolah.
|
|
|
|
|
|
II
|
Kontruksi:
|
|
|||
|
1. Rumusan
pertanyaan singkat dan jelas.
|
|
|
|
|
2. Rumusan
pertanyaan merupakan kalimat tanya.
|
|
|
|
|
|
3. Rumusan
pertanyaan berupa tanggapan siswa tentang kerja sama.
|
|
|
|
|
III.
Penilaian secara Umum (berilah tanda x):
Format
pedoman wawancara ini:
a. Sangat
baik
b. Baik
c. Kurang
baik
d. Tidak
baik
IV.
Saran-saran dan komentar
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...............................
Validator

B. Reliabilitas
Reliabilitas alat
penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang
dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan
memberikan hasil yang relatif sama.
Hasil wawancara
dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil
pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. Misalnya siswa
kelas IV pada hari ini melakukan wawancara. Minggu berikutnya siswa tersebut
diwawancara kembali. Hasil dari kedua wawancara relatif sama. Sungguh pun
demikian, masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal – hal tertentu
akibat faktor kebetulan, selang waktu, atau terjadinya perubahan pandangan
siswa terhadap wawancara yang sama. Jika ini terjadi, kelemahan terletak dalam
tes itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan siswa. Dengan
kata lain, derajat realiabilitasnya masih rendah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Wawancara merupakan
sebuah proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan
yang diwawancarai (interviewee) yang dilakukan dengan cara bertatap muka
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari interviewee.
2. Karakteristik wawancara:
e. Memiliki
format dan tujuan yang dipersiapkan lebih dulu, misal untuk memperoleh
data informal maupun inkuiri formal.
f. Wawancara
dapat diadaptasikan untuk menyelidiki suatu masalah atau meneliti setiap
pertimbangan berkaitan dengan keputusan tertentu.
g. Biasanya
dipandu oleh pertanyaan yang terencana.
h. Wawancara
dapat dilaksanakan secara rutin.
2.
Kelebihan dari alat
evaluasi ini adalah sebagai alat pengukur yang baik karena dilakukan secara tatap muka, pelaksanaan
wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis serta dapat juga menimbulkan
hubungan baik antara interviewer dan interviewee.
3.
Kelemahan dari alat
evaluasi ini adalah keberhasilan wawancara sangat tergantung pada kemampuan dan
penyesuaian diri secara emosional dari interviewee untuk bekerja sama
yang baik dengan interviewer, hasil wawancara banyak tergantung pada
kemampuan dan faktor subyektif dari interviewer. Selain itu juga
dibutuhkan banyak waktu, tenaga, biaya terutama apabila jumlah intervieewnya
banyak.
4.
Prinsip – prinsip
wawancara:
a. Tentukan
tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
b. Berdasarkan
tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawacara tersebut.
c. Tentukan bentuk
pertanyaan yang akan digunakan,
d. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan
analisis butir (c) di atas
e. Ada baiknya bila dibuat pula pedoman mengolah
dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara berstruktur
maupun untuk wawancara bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar
Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Rakhmat, Cece dan Didi Suherdi. 2001. Evaluasi Pengajaran.
Bandung: International Standar Book
Number (ISBN).
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar